BONE, TRISAKTINEWS.COM – Lapangan Merdeka Bone menjadi saksi semaraknya “Mattompang Akbar”, prosesi sakral pembersihan pusaka badik yang digelar dalam rangka Hari Jadi Bone (HJB) ke-695, pada Rabu, 9 April 2025.
Ribuan bilah badik dari berbagai penjuru Kabupaten Bone dikumpulkan dalam ritual budaya tahunan yang dikenal sebagai “Mattompang”, sebuah prosesi tradisional membersihkan badik menggunakan jeruk nipis, diawali dengan pembacaan sholawat sebagai bentuk penghormatan dan penyucian.
Meski pelaksanaan tahun ini belum berhasil mencatatkan Rekor MURI karena keterbatasan dana, namun Bupati Bone H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., M.M. berkomitmen akan menyelenggarakan acara yang lebih besar dan megah tahun depan.
“Insya Allah tahun depan kita akan lebih siap lagi. Kegiatan ritual mattompang saya harapkan bisa menjadi kegiatan budaya tahunan yang membanggakan,” ujar Andi Asman Sulaiman dalam sambutannya.
Dalam kesempatan itu, adik menteri pertanian ini juga mengajak masyarakat yang memiliki pusaka warisan leluhur untuk menitipkannya ke Museum Arajangnge, agar dapat dilestarikan dan dikenang sebagai bagian dari sejarah dan budaya Bone.
“Jika ada pusaka yang dianggap istimewa, bisa dititip ke museum dengan berita acara atau akta titipan. Nantinya bisa kita pajang dan lihat pada waktu-waktu tertentu,” jelasnya.
Ketua Panitia Mattompang Akbar, Andi Tenri Polowija, menyatakan bahwa momen ini menjadi ajang berkumpulnya para pemerhati budaya dan seni tradisi Bone. Ia menegaskan bahwa badik bukan sekadar senjata, melainkan benda sakral yang sering disertai doa-doa dan ukiran spiritual.
“Sebelum kegiatan ini terlaksana, kami sempat audiens dengan pak Bupati, pas ketemu, pak Bupati langsung bilang, pasti mau buat kegiatan kebuayaan toh. Kami bangga karena Bupati sangat peduli terhadap budaya. Semoga ritual Mattompang ini bisa didaftarkan sebagai warisan budaya benda,” tutur Tenri.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Wakil Bupati Bone Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, Forkopimda Bone, serta ribuan peserta dari berbagai latar belakang. Meski digelar di tengah panas terik, kesakralan prosesi tetap terasa kuat dan penuh semangat.
Mattompang Akbar menjadi penanda kuat bahwa budaya lokal tetap hidup dan berkembang, menjadikan Bone sebagai pusat tradisi dan nilai-nilai leluhur yang dijaga lintas generasi.