Oleh : Ismail Suardi Wekke (Cendekiawan Muslim Indonesia)
TRISAKTINEWS.COM – Senja itu, langit mulai merekah dengan warna-warna jingga yang lembut. Angin sepoi-sepoi membawa serta lantunan ayat suci Alquran dari masjid-masjid di kejauhan. Hati ini terasa bergetar, ada rasa haru yang menyelimuti, seolah-olah bulan suci Ramadan tengah berpamitan.
Di sudut masjid, seorang kakek tua dengan jubah putihnya khusyuk membaca Alquran. Matanya berkaca-kaca, seolah-olah ia tengah merenungkan setiap makna yang terkandung di dalamnya.
Di sebelahnya, seorang ibu muda dengan kerudung sederhananya mengangkat kedua tangannya, memanjatkan doa-doa dengan suara lirih namun penuh harap.
Malam itu, suasana masjid terasa begitu syahdu. Lampu-lampu temaram menerangi setiap sudut, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Di pelataran masjid, anak-anak kecil berlarian riang, seolah-olah mereka tengah merayakan malam-malam terakhir Ramadan dengan penuh sukacita.
Di rumah-rumah, aroma kue kering dan masakan khas Lebaran mulai memenuhi udara. Ibu-ibu sibuk di dapur, menyiapkan hidangan istimewa untuk menyambut hari kemenangan.
Sementara itu, ayah dan anak-anak sibuk menghias rumah dengan lampu-lampu kerlap-kerlip, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kehangatan.
Setiap detik di akhir Ramadan terasa begitu berharga. Umat Muslim berlomba-lomba untuk memaksimalkan ibadah, memohon ampunan, dan meraih sebanyak mungkin pahala sebelum bulan suci ini berlalu.
Malam-malam terakhir Ramadan diisi dengan salat malam, membaca Alquran, berzikir, dan berdoa.
Di tengah kesibukan ibadah dan persiapan Lebaran, ada satu hal yang tak boleh dilupakan: kepedulian terhadap sesama. Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan zakat fitrah, sebagai bentuk kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung, agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan Idul Fitri.
Akhir Ramadan adalah waktu yang tepat untuk merenungkan perjalanan spiritual selama sebulan penuh. Apakah kita telah berhasil menahan hawa nafsu, meningkatkan kesabaran, dan memperbanyak amal kebaikan? Apakah kita telah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya?
Akhir Ramadan ini, peluang hati kita semua dipenuhi dengan rasa syukur, harapan, dan cinta kasih. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita, dan semoga kita semua dapat meraih kemuliaan Lailatul Qadar.
Senja Ramadan: Menuju Kemenangan yang Penuh Berkah
Akhir Ramadan tiba, bukan sekadar hitungan hari, melainkan sebuah gerbang menuju puncak spiritual. Di setiap masjid, lantunan doa dan ayat suci Alquran menggema, membelah keheningan malam.
Umat Muslim berlomba-lomba meraih Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, dengan i’tikaf dan qiyamul lail. Setiap sujud, setiap doa, adalah harapan akan ampunan dan rahmat dari Sang Pencipta.
Di tengah kesibukan ibadah, hati-hati manusia dipenuhi dengan refleksi. Ramadan, bulan penuh berkah ini, telah mengajarkan tentang kesabaran, pengendalian diri, dan empati.
Setiap detik di akhir Ramadan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, membersihkan hati dari segala noda, dan memperkuat ikatan dengan Allah SWT.
Namun, akhir Ramadan bukan hanya tentang ibadah pribadi. Ini juga tentang kepedulian sosial. Zakat fitrah, yang wajib dikeluarkan sebelum Idul Fitri, menjadi simbol solidaritas dan kepedulian terhadap sesama.
Dengan berbagi, umat Muslim tidak hanya membersihkan harta mereka, tetapi juga menyebarkan kebahagiaan kepada mereka yang kurang beruntung.
Saat malam-malam terakhir Ramadan berlalu, hati-hati umat Muslim dipenuhi dengan rasa syukur dan harapan. Syukur atas kesempatan untuk menjalani bulan suci ini, dan harapan akan ampunan dan keberkahan dari Allah SWT. Idul Fitri, hari kemenangan, semakin dekat, membawa serta sukacita dan kebahagiaan.
Akhir Ramadan adalah masa-masa penuh berkah yang sarat makna. Ini adalah waktu untuk merenungkan perjalanan spiritual, memperkuat ikatan dengan Allah SWT, dan mempererat tali silaturahmi dengan sesama.
Semoga kita semua dapat meraih keberkahan di akhir Ramadan ini, dan menyambut Idul Fitri dengan hati yang bersih dan penuh sukacita.