JAKARTA, TRISAKTINEWS.COM –Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) merayakan puncak Dies Natalis ke-78 di Ballroom Oria Hotel, Menteng, Jakarta Pusat. Kegiatan yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari kementerian/lembaga, organisasi masyarakat, OKP Cipayung Plus, internal PMKRI, hirarki gereja, serta para senior dan alumni PMKRI.
Acara bertema “Memperkokoh Semangat Kebangsaan Menuju Indonesia Berdaulat” ini menjadi momentum reflektif dan kebangsaan. Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Periode 2024–2026, Susana Marianti Florika Kandaimu, dalam pidato kebangsaannya menegaskan bahwa PMKRI telah menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa sejak didirikan pada 25 Mei 1947.
“PMKRI tidak hanya menjadi saksi zaman, tetapi juga penggerak zaman. Kita dipanggil memperkuat peran sebagai motor perubahan dan solusi konkret atas tantangan bangsa dan Gereja,” ungkap Susana.
Ia menekankan pentingnya membangun ekonomi kader berbasis solidaritas dan keberlanjutan, serta memperjuangkan hak-hak masyarakat adat yang selama ini terpinggirkan. Ia juga menyoroti konflik kemanusiaan di Papua yang tak kunjung selesai, menyerukan agar pendekatan negara harus lebih humanis, rekonsiliatif, dan berbasis HAM.
“PMKRI berpihak pada perdamaian yang bermartabat, berpihak pada rakyat kecil, dan berpihak pada masa depan Papua yang damai dan sejahtera dalam bingkai NKRI,” tegasnya.
Hadir sebagai tamu kehormatan, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar memberikan sambutan yang menyejukkan. Ia mengajak PMKRI untuk turut serta dalam merawat nilai-nilai persaudaraan sejati di tengah kebinekaan Indonesia.
“PMKRI menyandang nama agama. Maka menjadi kewajiban moral untuk menjaga nama baik agama dengan menebar kasih sayang, bukan kebencian,” ucap Nasaruddin.
Menag memperkenalkan Kurikulum Cinta, sebuah inisiatif Kementerian Agama untuk menanamkan nilai cinta kasih antarumat sejak dini. Ia juga menekankan pentingnya menjalankan Trilogi Kerukunan: kerukunan antarumat beragama, kerukunan manusia dengan alam, dan kerukunan manusia dengan Tuhan.
“Kalau kita sibuk memperbesar perbedaan, masa depan bangsa dalam bahaya. Padahal, lebih mudah mencari persamaan antaragama daripada perbedaannya,” lanjut Menag.
Ia mengajak PMKRI untuk menjadi bagian dari gerakan kolaboratif lintas agama dalam menyebarkan pemahaman yang dalam dan moderat terhadap agama.
Kegiatan malam puncak Dies Natalis ini berjalan sukses dan lancar. Ketua Steering Committee, Marianus Rahanau, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu menyukseskan acara.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini dengan caranya masing-masing. Semangat kolaboratif ini adalah modal utama kita dalam membangun bangsa,” pungkas Marianus. (*/aye)