PAHANG, TRISAKTINEWS.COM — Dunia tengah memasuki babak baru dalam revolusi kecerdasan buatan (AI). Namun, di balik pesatnya perkembangan teknologi, muncul pertanyaan mendalam: siapa yang membimbing etika dan arah AI? Pertanyaan inilah yang menjadi sorotan utama dalam Simposium AI yang digelar di University College of Yayasan Pahang (UCYP), Malaysia, Selasa (5/8/2025).
Asosiasi Perguruan Tinggi Keislaman Swasta Indonesia (APTIKIS) hadir memberikan perspektif berbeda. Ketua Umum APTIKIS, Dr. H. Maslim Halimin, dalam pidatonya menyampaikan pandangan yang menggugah kesadaran:
“AI bisa menumbuhkan kreativitas, tapi juga membunuhnya. Tergantung siapa pengasuhnya.”
Pernyataan tersebut membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang pentingnya etika spiritual dan nilai keislaman dalam pengembangan teknologi. Simposium ini tidak hanya membahas teknis AI, tetapi juga menjadi panggung pencarian arah: bagaimana menjadikan AI sebagai jalan dakwah, bukan alat dominasi.
Tokoh akademik lainnya, Ismail Suardi Wekke, menyebut konsep tersebut sebagai “AI berkeadaban” teknologi yang berakar pada nilai kemanusiaan dan kebermanfaatan bagi ummat.
Simposium ini juga menjadi tonggak awal kolaborasi strategis antara APTIKIS dan UCYP. Dr. Maslim menegaskan pentingnya kerja sama ini sebagai upaya menyatukan visi pendidikan Islam dan teknologi:
“Kegiatan ini menjadi awal dalam kolaborasi APTIKIS dengan UCYP University,” ujarnya.
Sementara itu, Ismail Suardi Wekke sebagai anggota Dewan Pakar APTIKIS menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas keterlibatan APTIKIS dalam inisiatif global yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai fondasi dalam menghadapi era digital.
Dalam ruang-ruang diskusi, terungkap bahwa kampus-kampus anggota APTIKIS telah mulai mengimplementasikan AI untuk pelacakan prestasi mahasiswa, pembelajaran Al-Qur’an berbasis suara, hingga penelitian big data untuk kajian keislaman. Semua dikembangkan dalam bingkai nilai kebermanfaatan dan kemaslahatan ummat.
Simposium ini membuktikan bahwa pendidikan Islam tidak tertinggal dalam arus teknologi. Justru, dengan pijakan nilai yang kuat, Islam bisa menjadi navigator dalam era AI, bukan hanya penumpang.
APTIKIS dan UCYP memperlihatkan bahwa teknologi tidak harus meluruhkan identitas, melainkan bisa menjadi medium untuk memperkuat eksistensi dan nilai luhur dalam peradaban manusia.(*)